Rabu, 06 Juni 2007

INFO Saja

Diterbitkan Antologi Puisi:
Seorang Gadis, Sesobek Indonesia
YOGYA (KR) - Komunitas Lumbung Aksara bersama LKP2 Nasyita Fatayat NU Kulonprogo menerbitkan antologi puisi berjudul ‘Seorang Gadis, Sesobek Indonesia’. Antologi tersebut akan dikupas di Gubug Pramuka, Jl Perwakilan Wates Kulonprogo, Selasa (19/9) pukul 15.00, menghadirkan narasumber penyair Zaenal Arifin Thoha. Antologi diberi catatan Aguk Irawan MN, penyair yang kini baru studi di Universitas Al Azhar Kairo Mesir.

Marwanto, pimpinan Komunitas Lumbung Aksara mengatakan, antologi ini menghimpun sejumlah karya penyair pemula. “Saya lebih senang menyebut sebagai, antologi penulis pemula karena rata-rata juga baru menulis karya puisi, meski ada pula yang sudah matang dalam kepenyairan,” ucap Marwanto, alumni Fisip UNS Surakarta. Antologi ini memuat karya antara lain, Akhiryati Sundari, Alfanuha Yushida, Aris Zurkhasanah, Dewi Fatimah, Darida Laila Tsani, Fathun Chamana, Ibah Muthiah, Kurnia Widiastuti. Selain itu, memuat karya Umar Maksum, Rohmi Astuti, Siwi Nurdiani, Syamsul Maarif, Tri Wahyuni, Zukruf Latif dan karya Marwanto sendiri.

Bagi Marwanto, awalnya antologi puisi ini dikonsep sebagai wadah bagi penyair Kulonprogo untuk menuangkan karyanya dalam sebuah buku. Selama tiga kali mengumumkan dan mengundang publik Kulonprogo untuk berpartisipasi dalam penerbitan antologi. Namun kalau pada akhirnya para penyair yang masuk dalam antologi ini belum mempresentasikan penyair di Kulonprogo, tentu ini salah satu kekurangan yang justru jadi tantangan untuk menerbitkan antologi yang lebih baik lagi, representatif. “Antologi ini memang masih sangat sederhana, bersifat dokumentatif,” katanya.

Menurut Marwanto, dengan segala kesederhaan dan kekurangan, nantinya bisa belajar tentang bagaimana menulis karya puisi yang baik. “Kami belajar dari kekurangan,” katanya. Selain itu, ruang ekspresi dan gerak sastra di Kulonprogo terasa sempit. Dulu Radio Andalan Muda (RAM), Radio Rosala ada ruang sastra, tetapi kini sudah tak ada lagi. Maka harapannya kini tinggal apresiasi di koran-koran mingguan, serta pertemuan berkala dalam suatu komunitas. “Perjuangan sastra di Kulonprogo memang berat, tetapi itu harus dimulai sebagai kerja nyata membangun apresiasi dan kesadaran pentingnya membaca, menulis karya sastra,” kata ayah 2 anak yang baru menyelesaikan antologi puisi ‘Menaksir Waktu’. (Jay)-o (Sumber Kedaulatan Rakyat 15 September 2006)

Tadarus Puisi Komunitas Lumbung Aksara
YOGYA (KR) - Komunitas Lumbung Aksara Kulonprogo mengadakan acara ‘Tadarus Puisi’ di Wisma Aksara Wahyuharjo Lendah Kulonprogo, Jumat (20/10) pukul 15.00. Acara tersebut selain akan diisi pembacaan puisi oleh anggota komunitas Lumbung Aksara juga diskusi sastra dan ditutup buka puasa bersama. Para penyair yang akan tampil membacakan puisi di antaranya Didik Komaidi, Akhiriyati Sundari, Aris Zur-khasanah, Dewi Fatimah, Fathin Chamama, Siti Masyitoh, Siwi Nurdiani, Tri Wahyuni, Syamsul Ma’arif, dan Zukruf Latif. Mereka ini adalah penyair pemula yang beberapa waktu lalu karya puisinya diterbitkan dalam buku ‘Seorang Gadis, Sesobek Indonesia’ (Antologi Puisi Kulonprogo). Diskusi sastra atau ulas-an terhadap pembacaan puisi menghadirkan narasumber Aguk Irawan MN (penyair yang sedang menempuh studi di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir) yang sejak bulan Ramadan ini pulang ke tanah air.

Koordinator Komunitas Lumbung Aksara, Marwanto mengungkapkan, meski acara tersebut bertajuk ‘Tadarus Puisi’, namun akan dimulai sejak sore. “Ya, kami memang akan mulai acara pukul 15.00. Sebab, bukannya nyombong ya, kalau malam itu teman-teman di Lumbung Aksara banyak yang melakukan tadarus Alquran,” ucapnya.

Mengenai tujuan diselenggarakan acara ‘Tadarus Puisi’, Marwanto mengungkapkan sebagai refleksi para sastrawan di bulan Ramadan. Kita tahu, di bulan suci seperti ini banyak anggota masyarakat melakukan ibadah dan refleksi dengan caranya masing-masing. Inilah bentuk refleksi dan ibadah kami, para sastrawan. “Bagi teman-teman sastrawan, dengan melakukan penghayatan terhadap puisi maka ibadah puasa menjadi semakin meresap di hati. Jadi, tidak cuma ritual menahan lapar dan haus saja”. Selain itu, sudah banyak acara menyambut buka puasa bersama diisi dengan ceramah dan pengajian, sehingga menyambut buka puasa dengan pembacaan puisi diharapkan mendatangkan suasana baru. (Jay)-o (Sumber Kedaulatan Rakyat, 20 Oktober 2006)

Bangsa Beradab Menghargai Sastra
Di negara-negara Barat yang telah maju, kedudukan puisi atau karya sastra sangat dihargai. Bahkan untuk menaikkan gengsi atau martabat, banyak pejabat, para profesional muda atau selebritis di negara maju yang mengutip kalimat-kalaimat dalam sebuah karya sastra saat diwawancarai wartawan. Jadi di sana kemampuan menguasai atau mengenal karya sastra, menunjukkan martabat seseorang.

Hal itu diungkap Joni Ariadinata, sastrawan dan redaktur majalah sastra Horison, saat menjadi pembicara inti ‘Tadarus Puisi’ yang diselenggarakan Komunitas Lumbung Aksara Kulonprogo. Selain orasi budaya dari Joni Ariadinata, acara yang digelar di ‘Wisma Aksara’ Wahyuharjo Lendah Kulonprogo, belum lama ini. Hadir pada acara tersebut penyair Aguk Irawan MN (Yogya), Didik L Hariri (Ngawi), Didik Komaidi (Krapyak), serta penyair muda Kulonprogo seperti Syamsul Maarif, Akhiriyati Sundari, Zukruf Latif, Aris Zurkhasanah, Siwi Nurdiani, Siti Masyitoh, Fathin Chamama, B Prasetyo, Mutiah Al-Adawiah, Dewi Fatimah dan sejumlah santri dari PP An-Nadwah Wates.

Menurut Joni, meski di negeri kita apresiasi atau penghormatan terhadap puisi belum sebanding dengan negara maju, tapi benih ke arah sana sebenarnya sudah ada. “Hal ini terlihat ketika saya diundang oleh berbagai komunitas sastra di daerah-daerah di seluruh pelosok Indonesia. Gairah penciptaan dan apresiasi terhadap karya sastra dari hari ke hari menunjukkan peningkatan.” ucapnya.

Tentang gairah aktivitas sastra di daerah, dibenarkan oleh Marwanto, koordinator Komunitas Lumbung Aksara yang menjadi moderator acara ‘Tadarus Puisi’. Menurutnya, “Gerakan untuk mencintai dan mencipta sastra tugas mulia yang mesti kita sempaikan di berbagai penjuru daerah. Sejalan dengan misi tersebut, maka komunitas Lumbung Aksara hadir untuk menggairahkan aktivitas sastra di Kulonprogo. Komunitas kami sangat berharap bisa menjalin kerja sama dengan berbagai komunitas lain baik yang ada di Kulonprogo maupun daerah lain untuk membangun jaringan sastra yang lebih luas dan solid,” ucapnya Marwanto.

Marwanto juga menam-bahkan, di zaman yang serba pragmatis dan materialistis ini kehadiran sastra justru sangat dibutuhkan. “Kehadiran sastra sangat dibutuhkan guna mengimbangi laju peradaban yang akhir-akhir ini didominasi gerak masif ekonomi dan teknologi agar perubahan-perubahan yang terjadi bisa membawa kehidupan manusia lebih beradab,” katanya.

Gambaran tentang negeri beradab dengan banyaknya media massa yang berisi karya-karya sastra juga sangat diimpikan oleh Aguk Irawan MN, alumni Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Pernyataan Aguk tersebut diamini Didik L Hariri, penyair sufistik yang pernah mengembara di Timur Tengah awal 1990-an. Penyair yang sedang turba ke daerah-daerah ini menambahkan, di Mesir profesi sebagai penulis bisa mendatangkan kekayaan, sebab pemerintah sangat apresiatif terhadap karya penulis. (Jay)-c. (Sumber, Kedaulatan Rakyat, 4 Nopember 2006)

Buletin Garapan Komunitas LA:
LONTAR Populerkan Kulonprogo

KULONPROGO (KR) - Komunitas sastra di Kulonprogo, yakni Komunitas Lumbung Aksara meluncurkan buletin ‘Lontar’, akhir tahun 2006. Hadir dalam peluncuran sekaligus sebagai narasumber diskusi dua sastrawan senior, Soegiyono MS dan Drs Pribadi, dihadiri anak-anak Ajar Sastra Kulonprogo (ASK), san-tri dan pengasuh Pesantren Zahrotul Jannah Wates dan penyair muda Lumbung Aksara yang beberapa waktu lalu menerbitkan antologi puisi ‘Seorang Gadis Sesobek Indonesia’ .

Dua sastrawan Kulonprogo menyambut baik terbitnya buletin sastra. Menurut Soegiyono MS, komunitas dan buletin seperti ini (Lontar) bisa mempopulerkan nama Kulonprogo di pentas sastra nasional. Lebih lanjut, sastrawan yang pernah mendapat penghargaan bupati sebagai ‘Penjaga Sastra Jawa’ itu mengatakan, para sastrawan muda jangan sungkan bertukar pengalaman dengan seniornya. Tapi ingat, jadilah diri sendiri jangan bermimpi jadi Soegiyono MS atau Pribadi jilid kedua. Pandangan lain, Drs Pribadi, penyair Kulonprogo yang di tahun 1980-an menggunakan nama pena Enes Pribadi atau Papi Sadewa. Ia melihat ada kecerahan pada sastrawan muda Kulonprogo. “Pada karya mereka saya lihat basic moral yang kuat. Ini yang akan melandasi gerak mereka ke depan, menggantikan kami yang tua-tua,” kata penyair juga guru SMAN 1 Wates.

Marwanto, Koordinator Lumbung Aksara mengatakan, terbitnya buletin ‘Lontar’ untuk menampung karya tulis (sastra) masyarakat Kulonprogo. “Kami ingin menggelorakan tradisi membaca dan menulis di kalangan sastrawan dan masyarakat. Kini kami telah punya wadah konkret, yakni buletin Lontar.” ucapnya. Ia mengatakan, isi, layout, jumlah halaman masih akan terus mengalami penyempurnaan. (Jay)-o (sumber Kedaulatan Rakyat, 4 Januari 2007).

Sanggar Baca Perlu Perhatian
WATES (KR)- Keberadaan sanggar atau komunitas baca yang ada di kalangan masyarakat Kabupaten Kulonprogo sudah waktunya mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Sebab eksistensi mereka sangat penting untuk menunjang memperkuat tradisi membaca, terlebih bisa mencerdaskan anak bangsa dan generasi negeri ini.

Pernyataan itu disampaikan Kepala Perpustakaan Umum Daerah Kulonprogo Drs Heruntoro ketika menerima Komunitas Lumbung Aksara (KLA), kemarin. Hadir dalam audiensi Koordinator Komunitas Lumbung Aksara Marwanto SSos didampingi anggota Aris Zurkhansah SPdI, Maftukhatul Khoiriyah SIP, Siti Masitoh, Asti Widakto, Samsul Maarif, dan Akhiriyati Sundari SPdI. KLA berdiri Mei 2006 dengan visi mencerdaskan kehidupan bangsa dengan penguatan tradisi membaca dan menulis.

Audiensi dengan Kepala Perpustakaan itu dalam rangka melaporkan kegiatan mereka sekaligus memperjuangkan anggaran bagi komunitas/kelompok baca dan tulis agar diserap oleh APBD. Salah satu kegiatan adalah keikutsertaannya pada lomba Jambore Reading Club (JRC) tingkat propinsi beberapa waktu lalu yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Daerah DIY. Komunitas Lumbung Aksara yang mewakili Kulonprogo berhasil meraih juara pertama dengan mengalahkan kelompok baca Karang Taruna ‘Wira Muda’ Sleman (juara kedua) dan kelompok baca ‘Paprika’Yogyakarta (juara ketiga).

Disamping itu KLA juga melakukan kegiatan penerbitan buletin sastra ‘Lontar’. Buletin ini ternyata mendapat tanggapan antusias dari masyarakat, terutama pelajar dan mahasiswa. Di beberapa tempat yang kami distribusi seperti perpustakaan, warnet, sekolah ataupun ponpes selalu habis.

Tidak hanya itu, kami selalu mendapat feedback tentang keinginan pembaca untuk mengirimkan karyanya agar dimuat di ‘Lontar’, kata Pemimpin Umum ‘Lontar’ Siti Masitoh. (Wid)-d (Kedaulatan Rakyat, 31 Januari 2007)

1 TAHUN KOMUNITAS LUMBUNG AKSARA;
Istiqomah Menyemai Sastra Kulonprogo

KULONPROGO (KR) - Komunitas 'Lumbung Aksara' (LA) merayakan ulang tahun ke-1. Peringatan tersebut dikemas dalam sebuah perhelatan bertajuk 'Tadarus Puisi' di kompleks Taman Binangun Kulonprogo, belum lama ini. Kegiatan dimeriahkan pembacaan puisi oleh penyair-penyair muda Kulonprogo serta diskusi narasumber Aguk Irawan MN (alumni Universitas Al-Azhar Kairo) serta Salman Rusydi Anwar (Sanggar Kutub Yogyakarta).

Dalam paparannya, Aguk Irawan merasa salut atas perjuangan LA menggelorakan kegiatan sastra di Kulonprogo. "Tak banyak lho orang yang mau nguri-uri kehidupan sastra di wilayah pinggiran," kata penulis novel 'Kitab Dusta dari Surga' terbitan Pilar Media. Senada dengan Aguk, Salman Rusydi mengharapkan komunitas sastra di pinggiran mampu menjalin kerja sama dengan komunitas sastra yang relatif berada di 'pusat' seperti Sanggar Kutub, Rumah Poetika, atau Rumahlebah.

Sementara koordinator komunitas LA, Marwanto menjelaskan, program rutin bulanan LA sekarang ini ada tiga, yakni penerbitan buletin sastra Lontar, Tadarus Puisi dan bedah buku sastra. Sedang program tahunan: Pembelajaran Menulis Kreatif (PMK) dan lomba cipta karya sastra. Untuk tahun ini program PMK akan dilangsungkan tangggal 7-8 Juli sementara lomba cipta sastra (tahun ini lomba penulisan cerpen tematik) akan berlangsung September. LA juga akan mengikuti Pasar Seni (Dapur Kreatif Komunitas Sastra) atas undangan Divisi Sastra FKY XIX 2007.

Di samping itu, mulai Februari lalu komunitas LA juga merintis berdirinya Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Menurut Marwanto, rencananya LA akan merintis empat TBM di wilayah pinggiran Kulonprogo sebagai alternatif Perpustakaan Daerah yang letaknya di jantung kota Wates. "Pokoknya, aktivitas yang berkaitan dengan semboyan komunitas LA, yakni Membaca-Menulis, Menjaga Hidup, akan kami garap," ungkap lulusan UNS ini. (Jay)-z (Sumber Kedaulatan Rakyat, 2 Juni 2007)

Tidak ada komentar: